loading...
Direktori Belajar Ilmu -
MODUL 3
ANAK DENGAN PRILAKU INSECURE 1
( Penakut, Rendah diri, dan Pemalu )
KEGIATAN BELAJAR 1
A. anak yang penakut.
Menurut pendapat Schaefer,& millman, 1981 mengatakan takut adalah emosi yang kuat dan tidak menyenangkan, yang di sebabkan oleh kesadaran atau antisipasi akan adanya suatu bahaya.
secara umum anak - anak takut pada kegelapan, hantu,orang asing, penyakit dan takut di tinggalkan, akan tetapi menurut pendapat Schaefer,& millman, 1981 berpendapat ada 3 faktor yang diidentifikasi sebagai sumber ketakutan anak pada masa kanak kanak :
1. luka fisik seperti racun, operasi, perang, ketakutan untuk di culik.
2. kejadian - kejadian alam, seperti badai, gempa, gunung meletus, gelap, kematian,( sejalan dengan bertambahnya usia ketakutan 2 seperti ini akan menghilan ).
3. stres psikis, misal melakukan kesalahan, tertekan, menghadapi ujian, kejadian2 sosial dan kritik.
Perkiraan prosentase 50 % anak - anak takut pada anjing , gelap, petir, hantu.dimana ketakutan sangat umum terjadi pada rentang usia 2 - 6 tahun,dimana pada usia 2 - 4 tahun, ketakutan sering muncul pada objek binatang, badai, situasi gelap, dan orang asing.
Sedangkan usia 4 - 6 tahun, ketakutan imajiner atau ketakutan pada hantu lebih diminan sampai masa usia 9 tahun,baru setelah menginjak usia 10 tahum, ketakutan pada objek tertentu hilang.
Menurut Schaefer,& millman, 1981 ketakutan dapat meningkatkan pertahanan dengan menjadikan seseorang lebih waspada terhadap suatu situasi yang tak tentu,
sedangkan secara fifiologis ketakutan menyebabkan aliran adrenalin menyiapkan tubuh untuk mengambil tindakan entah itu menghadapi objek yang ditakuti atau sebaliknya, kabur / lari.
B. Karakteristik
Menurut suran dan rizzo 1979. ketakutan membuat anak menghindari situasi yang kompetitip.
sehingga mengganngu hubungan si anak dengan teman sebayanya.
C.Penanganan.
Menurut Schaefer,& millman, 1981 ada 5 hal guna mengatasi ketakutan pada anak – anak..
1. Bermain.
2. Menunjukan empati dan dukungan.
3. mengekspos situasi yang menakutkan pada anak.
4. guru memposisikan diri sebagai model.
5. memberi reward / Penghargaan terhadap keberanian.
KEGIATAN BELAJAR 2.
B. Anak Yang Rendah diri.
Pendapat Schaefer,& millman, 1981 bahwa harga diri / self esteem di tentukan dari bagaimana anak merasa tentang diri mereka sendiri, kurangnya penghargaan terhadap dirinya sendiri dapat mempengaruhi motifasi, sikap dan tingkah laku anak. biasanya anak yang kurang menghargai dirinya sendiri, cenderung melihat segala sesuatu secara pesimistis.
a. pengertian
.
Menurut Harter ( vasta,miller,& ellis, 2004,: berk 2000 )
harga diri/ self esteem tidak hanya meliputi kemampuan kognisi saja tapi reaksi afektif anak, ( rasa bangga, malu,terhadap evaluasi diri yang mereka buat.)
dengan kata lain anak yang rendah diri adalah anak yang memberikan penilaian rendah terhadap dirinya sendiri bahkan termasuk termasuk pada kompetensi – kompetensi yang di milikinya.
b. karakteristik.
Anak yang rendah diri cenderung tidak optimis, terhadap hasil dari usaha mereka sendiri.
perasaaan tidak mampu, pesimis, dan mudah kecil hati, segala sesuatu selalu dilihat salah, mudah menyerah, dan sering kali merasa diintimidasi, tidak bisa apa - apa merupakan penggambaran mereka.
rasa frustasi dan marah kurang dapat dikendalikan hingga pada gilirannya menghasilkan prilaku balas dendam pada orang lain, / dirinya sendiri.
sehingga reward / penghargaan diartikan sebagai bentuk keberuntungan semata.
menurut schaefer and millman, 1981 " internal locus of control " bahwa semakin bertambah usia dan prestasi anak,maka secara berangsur - angsur ia akan lebih mengembangkan percaya diri, lebih bebas, dan lebih mandiri.
c.Penanganan.
ada 7 hal sebagai langkah guna mengatasi rasa rendah diri pada anak menurt schaefer and millman, 1981:
1. meningkatkan konsep pemahaman diri pada anak, bahwa tidak ada orang yang sempurna, semua memiliki kelebihan an kekurangan.
2. mendukung kompetensi dan kemandirian anak.
3. menyediakan kehangatan dan dan penerimaan.
4. fokus pada hal - hal positive yang dilakukan anak.
5. menyediakan pengalaman yang konstruktif.
6. meningkatkan rasa percaya diri anak dengan mentoleransi kegagalan dan keberhaslan yang di ulang - ulang.
7. memberikan reward, pada sikap optimisme anak.
KEGIATAN BELAJAR 3
C.Anak Yang Pemalu.
a. pengertian
Menurut Berk :2000. anak pemalu adalah mereka yang bereaksi secara negatif terhadap stimulus baru serta menarik diri dari stimulus tersebut.
menurut Kagan, pada anak yang pemalu, stimulus baru secara cepat membangkitkan, amygdala ( struktur otak dalam, yang mengontrol reaksi menghindar ).terhadap sistem syaraf simpatis dan celebral cortex.
b. Karakteristik.
Anak yang pemalu sering menghindari orang lain, mudah meras takut, curiga, hati - hati, dan ragu elakukan sesuatu.umumnya mereka menarik diri jika berhubungan dengan orang lain, tidak mengambil inisiatif, sering diam, bicara dengan suara pelan, serta menghindari kontak mata.
menurut schaefer and millman 1981,anak usia sekolah dan pra sekolah yang pemalu sulit berpartisipasi dengan orang lain.
Periode malu yang normal terjadi pada 5 atau 6 bulan, dan pada usia 2 tahun.
dampaknya mereka hanya menyukai kegiatan bermain soliter / kegiatan bermain yang dilakukan sendiri, sehingga anak yang pemalu, memiliki pengalaman yang kurang dalam ketrampilan sosial.
hal ini di karnakan mereka kurang menunjukan minat pada orang lain, tidak menerima komunikasi, tidak simpatik / perhatian pada orang lain.
c. Penanganan.
Menurut Scaefer and Millman 1981.
1. mendukung dan memberikan reward terhadap sosialisasi yang dilakukan anak.
2. mendukung kepercayaan diri dan sikap yang wajar.
3. menyediakan suasana hangat dan penuh penerimaan.
4. melatih ketrampilan sosial pada anak.
MODUL 4
Anak dengan prilaku Insecure 2
( Pencemas ).
KEGIATAN BELAJAR 1
Anak Yang Pencemas.
a.Pengertian.
Menurut scaefer and millman, 1981. kecemasan dan kekuatiran diartikan sebagai kesukaran, kesedihan ,ketakutan, kegelisahan tentang masalah yang sudah diantipasi /
akan dialami di masa mendatang.dengan kata lain kecemasan adalah ketakutan pada hal - hal yang terjadi dimasa mendatang.
Alloy ( 1999 ). mendefinisikan kecemasan sebagai keadaan takutyg berpengaruh pada area fungsional, kecemasan memiliki 3 komponen dasar :
1. Keadaan subyektif, berkaitan dengan ketegangan, ketakutan, dan perasaan tidak mampu untuk mengatasi.
2. Copying / respon tingkah laku menghindari dari situasi yang menimbulkan ketakutan, terganggufunsi bicara, motorik,
3. Respon fisiologos. meliputi ketegangan otot, peningkatan detak jantung, tekanan darah, kecepatan pernapasan, mual, pusing.
Menurut Schaefer and Millman 1981, (suzan & rizzo, 1979; telford & sawrey, 1981 ).
gejala yang kecemasan yang dapat diamati pada anak - anak adalah, sikap gelisah, menangis, berteriak, melangkah bolak - balik, bermimpi buruk, berkeringat,gemetar, kedutan dll,
Menurut Street & Barlow dalam halgin, & whitbourne 1997 .
ketakutan mengacu pada respon alam terhadap situasi yang berbahaya /mengancam kehidupan, umumnya di bawa sejak lahir dan mempunyai dasar biologis.
kecemasan bersifat global, dan berorientasi ke masa depan, melibatkan komponen kognitif dan emosional, misal suatu yang buruk akan terjadi,
Schaefer and millman ( 1981 ) Tingkat kecemasan yang tinggi terjadi pada usia antara dua dan enam tahun, pada usia tiga tahun anak - anak menunjukan kecemasan terhadap segala hal
yang membahayakan fisiknya,
b. karakteristik.
Anak yang cemas mudah dihinggapi perasaan takut dan sering nampak mencari hal - hal yang yang membuatnya cemas.
shcaefer & millman 1981 berpendapat anak yg memiliki tingkat kecemasan tinngi seringkali kurang populer, kurang kreatif, dan kurang fleksible, dibanding dgengan anak yang
yang tingkat kecemasannya rendah, mereka lebih mudah bersugesti, ragu - ragu , hati - hati,dan kaku.
Ditambahkan oleh ( telford dan sarey, 1981, mereka cenderung di kelilingi oleh perasaan tegang, kuatir, kesepian, dan kecil hati.
jika schaefer & millman, 1981 perpendapat konsep diri anak pencemas tergolong buruk, karna ketergantungan pada orang dewasa lebih besar, dan kurang mengekspresikan kemarahan pada orang lain secara terbuka. pendapat berbeda di cetuskan oleh suzan dan rizzo, 1979.
mereka berpendapat bahwa anak pencemas cenderung menjadi mudah marah, reaktif,tegang dan waspada secara berlebihan terhadap ancaman dari lingkungan.
implikasi pada kecemasan anak terhadap kemampuan untuk berfungsi secara efisien adalah anak yan tipe pencemas memiliki scor yang lebih rendah pada tes prestasi dan intelegensi.
c. penanganan
Menurut Schaefer & millman 1981, ada beberapa metode penagnganan yaitu :
1. menerima anak dan menenangkan hatinya.
2. gunakan bermacam - macam strategi dan cara untuk mengatasi kecemasan.
3. mendorong anak dalam mengekspresikan perasaannya.
4. meningkatkan pemahaman dan dan pemecahan masalah.
5. meminta bantuan pada profesional.
KEGIATAN BELAJAR 2
Macam - macam gangguan kecemasan.
a. PHOBIA.
1. Pengertiannya
Menurut (WEINER,1982.) ketakutan yan intens dan tidak rasional, terhadap objek /peristiwa tertentu, dan bersifat mengganggu meski objek yang di takuti kadang tidaklah berbahaya.
menurut miller, baret, & hampe, ( suzan, & rizzo, 1979 )fobia sebaai jenis tertentu dari ketakutan yang :
a. tidak proporsional dan realitas terhadap situasi.
b. tidak bisa dikontrol secara disengaja,
c. berakibat individu menghindari situasi yang di takuti,
d. bertahan pada periode wktu yang lama.
e. bersifat maladatif.
Menurut Bakwin & bakwin, 1972. bentuk - bentuk fobia yang umum adalah :
a. Agoraphobia / phobia terhadap ruang terbuka,
b. Claustrophobia / phobia terhadap ruang tertutup,
c. Acrophobia / phobi terhadap ketinggian.
menurut bernstein, & borchardt dalam, wenar, 1994. Prosentase phobia terjadi pada anak - anak sebesar 2.4 % dan 3.6 % remaja.
2. Penyebab phobia.
Penyebab dari phobia masih menjadi misteri, pengalaman yang menakutkan / imitasi bisa menjadi penyebab phobia, meski kadang pada kasus tertentu hal ini tidask terlihat, ( Wenar, 1994 )
3. Penanganan.
Salah satu bentuk penanganan pada penderita phobia adalah menjadi model yang baik bagi mereka, melalui bentuk particypatori modeling / anak bergabung dengan model yang lain guna mendekati objek yang di takuti, secara perlahan setelah melalui periode pengamatan.
Cara yang lain adalah dengan sengaja anak di dekatkan pada objek tertentu
B. Phobia sekolah / school refusal / penolakan untuk bersekolah.
Phobia sekolah di pelajari senagai respon yang di kondisikan secara klasikal,aspek dari situasi sekolah disertai simpton – simpton fisiologis dari kecemasan dan kepanikan berakibat ketidak sanggupan bersekolah.
Bentuk phobia sekolah ada dua :
- Phobia sekolah murni / true school phobia.
- Gangguan kecemasan pada perpisahan / separation anxiety disorder
2. Penyebab Phobia,
Belum di temukan secara jelas tetapi, King, Hamilton dan Ollendick, ( Wennar, 1994 )
Kecelakaan bisa bisa menjadi peristiwa umum yang berakibat pada phobia sekolah.dan adanya sebuah penelitian kecil yang menemukan phobia sekolah terjadi pad anak yang sangat dependen.
3. penanganan phobia.
Kearney dan silverman ( Wenar 1994 ) mengemukakan bahwa penanganan pada anak phobia sekolah harus di sesuaikan dengan ketakutan yang dialami anak.
C. Gangguan kecemasan akan perpisahan.
Biasanya terjadi pada usia toddler, karakteristiknya adanya kecemasan berlebihan pada perpisahan dari orang lain, menurutcrowel dan waters, ( wenar 1994 ), gangguan kecemasan akan perpisahan pada anak yang memiliki ibu dengan gangguan panik.
D. Gangguan kecemasan yang berlebihan
Gangguan ini di identikan dangan kekuatairan dan ketakutan yang berlebihan, tidak realistis selama periode enam bulan atau lebih.reaksinya mereka merasa tegang, susah untuk rileks, dan banyak keluhan fisik, serta tidak mudah tenang.
Bernstein dan borchardt (Wenar 1994 ) menambahkan penderita gangguan kecemasan berlebihan di mungkinkan mengalami phobia sederhana, gangguan panic, phobia social, dan gangguan menghindar.
Penangananya dengan cara dengan kombinasi pendekatan kognitif – tingkah laku, meliputi modeling, main peran, dan relaksasi, ( Kendall dalam newcombe, 1996 ).
E. Gangguan Obsesif – Kompulsif.
1. .Pengertian
Obsesif adalah fikiran / bayangan yang tidak dapat di cegah, dialami secara sadar
Kompulsif adalah tindakan stereotipi yang mendorong seseorang untuk mengulangi lagi dan lagi.
Mesk kadang tak mau melakukannya.( Weiner 1982, Alloy, 1999 ).
Penderita obsesi dan kompulsi disebut Penderita gangguan Obsesif – Kompulsif.
2. Karakteristik.
Penderita gangguan ini cenderung memiliki Inteligensia diatas rata – rata.berfantasi aktif, tapi memiliki pandangan moral yang kaku, dan perasaan bersalah.
Terjadi pada usia 9 hingga 16 tahun, biasanya terjadi secara berangsur – angsur, tapi bisa juga terjadi secara tiba – tiba, seperti sifat takhayul, / superstitiousnes, pilih – pilih, dan ritualistic, ( Wenar 1994 ).
Adalah Leonar dkk, mengadakan penelitian tentang adanya kesamaan dan perbedaan ritual bagi anak normal dan penderita gangguan obsesif-Kompulsif, yaitu anak normal tingkah laku ritual menghilang setelah usia 8 tahun,sedangkan penderita gangguan obsesif kompulsif tidak hilang.
3. Penyebab
Masih menjadi misteri, tetapi menurut Swedo, dkk, Dalam Wenar 1991, menyatakan
studi akhir menemukan bahwa komponen genetic berkaitan dengan gangguan ini.
4. Penanganan.
Intervensi tingkah laku dalam bentuk pencegahan respon ( response prevention )yaitu mencegah munculnya tingkah laku ritualistic, disamping dengan penanganan yang bersifat medis.
by. faico siahaan zulkifly
Tidak ada komentar: anak dengan perilaku insecure 1 dan insecure 2 ( modul 3 dan modul 4 )
Posting Komentar