loading...
Direktori Belajar Ilmu -
Untuk lebih jelasnya hasil observasi motivasi siswa pada Siklus I dan Siklus II dapat dilihat pada Grafik sebagai berikut :
Dengan membandingkan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada post test siklus I dengan post test siklus II yaitu dengan menggunakan rumus uji t, maka berdasarkan perhitungan diperoleh standar deviasi gabungan sebesar 8,61. Adapun hasil perolehan thitung dan ttabel adalah sebagai berikut:
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES DAN TALKING STICK DI KELAS IV SD NEGERI 010196 LUBUK CUIK KAB. BATUBARA TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Sarjana Kependidikan Guru Dalam Jabatan
OLEH :
NURSANTA LUMBAN BATU
NIM 109027131
PROGRAM SARJANA KEPENDIDIKAN GURU DALAM JABATAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2012
LEMBARAN PERSETUJUAN
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES DAN TALKING STICK DI KELAS IV SD NEGERI 010196 LUBUK CUIK KAB. BATUBARA TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013
S K R I P S I
OLEH :
NURSANTA LUMBAN BATU
NIM 109027131
Disetujui untuk diajukan pada ujian Skripsi
Koordinator Wilayah, Pembimbing,
Dr. Irsan Rangkuti, M.Pd,M.Si Dra. Effi Aswita Lubis, M.Pd,M.Si
NIP. 196103231987031001 NIP. 195709231984032001
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur pada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan karunia yang tak terkira sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Kolaborasi Model Pembelajaran examples non examples dan Talking Stick untuk Meningkatkan motivasi dan hasil belajar Bahasa IndonesiaKelas IV SD Negeri 010196 Lubuk Cuik Kab. Batubara Tahun Pembelajaran 2012/2013.
Dalam penulisan skripsi ini peneliti tidak terlepas dari hambatan- hambatan dan banyak kesulitan dalam menyelesaikannya. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr.Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor UNIMED.
2. Bapak Prof.Dr. Bornok Sinaga,M.Pd selaku Ketua PSKGJ UNIMED
3. Bapak Dr. Irsan Rangkuti, M.Pd,M.Si selaku Koordinator PSKGJ UNIMED Wilayah Kab. Batubara .
4. Ibu Dra. Effi Aswita Lubis, M.Pd, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bantuan, waktu, bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal sampai dengan selesainya skripsi ini. Semoga Allah membalas semua kebaikan Ibu dan selalu diberikan nikmat rezeki dan kesehatan, Amin
5. Bapak dan Ibu dosen yang mengajar di PSKGJ UNIMED Wil. Kab. Batu bara, atas bimbingannya kepada penulis selama masa perkuliahan dan penulisan skripsi ini.
6. Kepala Sekolah SD Negeri 010196 Lubuk Cuik Kab. Batubara Asda Ambarita, guru-guru, Staf, serta siswa-siswi yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.
7. Teristemewa kepada suamiku yang tercinta, Japendri Manurung, serta kepada kedua buah hati, Easter dan Nofrisa Chika yang telah banyak membantu doa dan memberikan dorongan baik moril maupun material selama ini akhirnya penulis dapat menyelesaikan kuliah di PSKGJ Universitas Negeri Medan.
8. Kepada kedua orang tua Bapak H. Lumban Batu dan Ibu D. Manurung yang telah membesarkan, mendidik dan memperjuangkan saya dengan kasih sayang yang tulus dan begitu besar hingga dapat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan baik isi maupun kualitasnya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Batubara, Desember 2012
Penulis,
Nursanta Lumban Batu
Nim 109027131
ABSTRAK
Nursanta Lumban Batu, NIM 109027131. Upaya Meningkatkan Motivasi Dan B. Indonesia Melalui Model Pembelajaran Examples Non Examples Dan Talking Stick Di Kelas IV SD Negeri 010196 Lubuk Cuik Kab. Batubara Tahun Pembelajaran 2012/2013.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya motivasi dan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar Bahasa Indonesiakelas IV SD Negeri 010196 Lubuk Cuik Kab. Batubara Tahun Pembelajaran 2012/2013.dengan penerapan model pembelajaran Examples Non Examples dan talking Stick.
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 010196 Lubuk Cuik Kab. Batubara Tahun Pembelajaran 2012/2013. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV dengan jumlah 34orang, sedangkan objek dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran examples non examples dan Talking Stick. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan observasi. Tes yang digunakan adalah essay tes diberikan secara individual yang dilaksanakan setiap akhir siklus. Observasi motivasi belajar siswa dilakukan secara langsung pada saat proses kegiatan belajar mengajar dan analisa data menggunakan data kuantitatif dan data kualitatif.
Dari analisis diperoleh data test awal jumlah siswa yang tuntas 12 orang dengan nilai rata-rata 62,65. Dan hasil belajar siklus I dengan jumlah siswa yang tuntas 21 orang dengan nilai rata-rata 69,12. Sedangkan hasil belajar siklus II dengan jumlah siswa yang tuntas 29 orang dengan nilai rata-rata 76,32. Dari hasil observasi aktivitas siswa siklus I diperoleh persentasi 5,88% kategori sangat baik dan 47,07% kategori baik, sedangkan pada siklus II katagori aktivitas sangat baik meningkat menjadi 35,29%, katagori baik meningkat menjadi 55,88%.
Berdasarkan uraian diatas disimpulkan bahwa Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non Examples dan Talking Stick dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Bahasa Indonesia Siswa Di Kelas IV SD Negeri 010196 Lubuk Cuik Kab. Batubara Tahun Pembelajaran 2012/2013.
Kata Kunci:
Model Pembelajaran Examples Non Examples dan Talking Stick,Motivasi Belajar Siswa, dan Hasil BelajarBahasaIndonesia.
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
ABSTRAK...................................................................................................... iv
DAFTAR ISI.......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Belakang Masalah...................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah................................................................................. 4
C. Rumusan Masalah..................................................................................... 5
D. Pemecahan Masalah.................................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian....................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian.................................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis..................................................................................... 9
.1. Model pembelajaran Examples Non Examples............................ 9
2. Model Pembelajaran Talking Stick............................................... ..... 14
3.Kolaborasi Model pembelajaran Examples Non Examples dan
Talking Stick ................................................................................... 17
4. Motivasi Belajar.................................................................................. 20
5. Hasil Belajar Bahasa Indonesia.......................................................... 25
B. Penelitian yang Relevan.......................................................................... 29
C. Kerangka Berpikir................................................................................. 30
D. Hipotesis Tindakan............................................................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian................................................................................... 34
B. Subjek dan Objek Penelitian................................................................. 34
C. Defenisi Operasional.............................................................................. 34
D. Rancangan Penelitian............................................................................ 35
E. Teknik Pengumpulan Data..................................................................... 39
F.Analisis Data.......................................................................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian...................................................................... 45
B. Analisis Data ........................................................................................ 46
C. Pembahasan Hasil Penelitian................................................................. 52
BAB V SIMPULAN DAN SARAN......................................................... 59
A. Simpulan................................................................................................. 60
B. Saran...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
......... Halaman
Tabel III.1. Lembar Siklus Tindakan Kelas...................................................... 37
Tabel III.2. Lembar Motivasi Siswa................................................................... 40
Tabel IV.1. Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siswa................................................ 47
Tabel IV.2. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa...................................................... 50
Tabel IV.3. Hasil Observasi Motivasi Siswa....................................................... 51
DAFTAR GAMBAR
......... Halaman
Gambar III.1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas............................................... 36
Gambar IV.1. Diagram Batang Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siswa.............. 48
Gambar IV.2. Diagram Batang Ketuntasan Hasil Belajar Siswa.................... 50
Gambar IV.3. Diagram Batang Observasi Motivasi Siswa.............................. 52
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 3 Lembar Soal pretes,siklus I dan siklus II
Lampiran 4 Penyelesaian Soal Pretes, siklus I dan siklus II
Lampiran 5 Lembar Observasi Motivasi Siswa
Lampiran 6 Daftar Hasil Belajar Siswa
Lampiran 7 Daftar Rekapitulasi Observasi Motivasi Belajar Siswa
Lampiran 8 Daftar Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa
Lampiran 9 Dokumentasi Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Peran lembaga pendidikan sangat menyokong berhasilnya suatu proses belajar mengajar dan membantu mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas sebagai modal bagi pembangunan nasional. Untuk itu diperlukan upaya dalam peningkatan kualitas pendidikan, salah satunya dengan meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru di sekolah.
Proses pembelajaran di sekolah merupakan tanggung jawab guru. Guru sebagai pendidik yang berhubungan dengan anak didik harus ikut serta memperhatikan dan bertanggungjawab atas kemajuan serta meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu yang dapat dilakukan guru adalah memiliki keterampilan mengajar dan menguasai model-model pembelajaran, hal ini akan dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif belajar.
Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar mengajar yang dituntut harus memiliki kemampuan dalam berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pengajaran di kelas. Guru memegang peranan penting dalam keberhasilan siswanya, walaupun perangkat telah tersedia dengan baik dan lengkap tetapi bila guru tidak berhasil dalam proses belajar maka siswa tidak dapat menerima pelajaran dengan baik pula. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan. Namun pada kenyataannya sering kali guru gagal dalam menyampaikan materi ajar
Kegagalan guru dalam menyampaikan materi ajar bukan selalu karena guru kurang menguasai bahan, tetapi karena tidak mengetahui bagaimana cara menyampaikan materi pelajaran tersebut dengan baik dan tepat sehingga peserta didik dapat belajar dengan suasana menyenangkan dan tidak membosankan.sehingga siswa datang dan belajar bukan karena perasaan terintimidasi oleh peraturan orang tua dan peraturan dari sekolah tetapi keinginan dan anggapan bahwa belajar merupakan hal yang menyenangkan
Pemilihan strategi pembelajaran adalah salah satu alternatif yang diambil oleh seorang guru dalam proses belajar mengajar, guna tercapainya tujuan pembelajaran yang sejalan dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Guru merupakan tokoh sentral dalam menentukan keberhasilan siswa dalam menerima pelajaran yang disampaikan. Selama ini guru hanya menggunakan model pembelajaran yang monoton dengan sejenis saja yaitu pembelajaran konvensional, sebab tidak memerlukan alat dan bahan praktek, cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar atau referensi yang lain. Sehingga cenderung membuat siswa bosan dan malas belajar. Siswa hanya terbiasa mendengarkan, mencatat kemudian menghafal tanpa motivasi untuk memahaminya. Kebosanan dan kemalasan siswa-siswi inilah yang akhirnya dapat membuat motivasi dan hasil belajar siswa menjadi rendah. Padahal saat ini guru harus mampu menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dalam proses belajar mengajar di sekolah.
. Ketika guru mengajar hanya menggunakan metode ceramah dan memberikan contoh (metode konvensional) tanpa melibatkan siswa dalam kegiatan belajar, maka siswa cenderung pasif, kemudian merasakan kejenuhan dan keinginan agar proses belajar mengajar cepat selesai. Bahkan terkadang sebelum proses belajar selesai siswa cenderung mencari-cari alasan agar bisa keluar dari kelas untuk menghilangkan kejenuhan, yang akhirnya berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.
Berdasarkan pengalaman peneliti sebagai guru di kelas Kelas IV SD Negeri 010196 Lubuk Cuik Kab. Batubara terlihat bahwa motivasi dan pencapaian hasil belajar siswa masih rendah. Dari 30 siswa hanya 40 % siswa yang dinyatakan tuntas / mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sedangkan 60 % lagi masih belum tuntas mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Bahasa Indonesia yaitu nilai 65. Jadi dapat dikatakan bahwa nilai tersebut berada di bawah standar ketuntasan yang diharapkan.
Untuk mengatasi masalah di atas, maka perlu dilakukan perbaikan pembelajaran yakni dengan menggunakan salah satu model pembelajaran. Model pembelajaran tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran examples non examples dan Talking Stick.Pembelajaran examples non examples ini merupakan model pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil, dimana siswa dituntut untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi pembelajaran.
Model pembelajaran examples non examples dan Talking Stick adalah model pembelajaran yang memaparkan materi dengan memberi contoh-contoh soal, yang dapat membantu siswa lebih memahami materi pelajaran untuk mencapai hasil yang optimal. Adapun kelebihan model pembelajaran examples non examples dan talking stick ini yaitu siswa lebih kritis dalam menganalisa materi pelajaran yang disampaikan dan masing-masing siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. Oleh karena itu, penulis mencoba menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples dan talking stick sebagai solusi terhadap rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa. Diharapkan, model pembelajaran ini dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk menjadikan masalah ini menjadi suatu penelitian ilmiah dengan menetapkan judul “Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil belajar Bahasa Indonesia Melalui Model Pembelajaran Examples Non Examplesdan Talking Stick Di Kelas Kelas IV SD Negeri 010196 Lubuk Cuik Kab. Batubara Tahun Pembelajaran 2012/2013.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Mengapa motivasi belajar siswa kelas Kelas IV SD Negeri 010196 Lubuk Cuik Kab. Batubara cenderung rendah dalam mengikuti proses belajar mengajar?
2. Apa yang menyebabkan rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia saat proses belajar mengajar kelas Kelas IV SD Negeri 010196 Lubuk Cuik Kab. Batubara Tahun Pembelajaran 2012/2013.?
3. Mengapa dalam proses belajar mengajar guru masih menggunakan metode konvensional?
3. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran examples non examples dan talking stick dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas Kelas IV SD Negeri 010196 Lubuk Cuik Kab. Batubara Tahun Pembelajaran 2012/2013?.
C. Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah melalui model pembelajaran examples non examples dan talking stick dapat meningkatkan motivasi belajar bahasa indonesia siswa kelas Kelas IV SD Negeri 010196 Lubuk Cuik Kab. Batubara Tahun Pembelajaran 2012/2013?
2. Apakah melalui model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia kelas IV SD Negeri 010196 Lubuk Cuik Kab. Batubara Tahun Pembelajaran 2012/2013?
C. Pemecahan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka alternatif cara pemecahan masalah adalah penulis bekerjasama dengan guru bahasa indonesia untuk menggunakan model pembelajaran examples non examples dalam penyampaian materi pelajaran dan merancang situasi belajar dengan pembentukan kelompok-kelompok belajar. Dalam hal ini siswa juga diajak lebih kritis dalam menganalisa materi pelajaran yang disampaikan dan siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya serta mendengarkan pandangan dan pemikiran kelompok lain sehingga dapat memancing siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Dalam model pembelajaran examples non examples ini, siswa dapat mengarahkan kemampuannya berbicara, berfikir kreatif dan kritis dalam menganalisa materi pelajaran yang disampaikan serta tanggung jawab terhadap kemajuan kelompok siswa. Pada model pembelajaran Talking Stick dimana guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat harus menjawabnya dan jawaban sesuai diskusi kelompok.Oleh karena itu, masing-masing siswa harus mampu menguasai materi pembelajaran sehingga mereka akan dapat menjawab soal-soal yang diberikan pada siswa dan hasilnya juga dapat memuaskan. Dimana dalam model pembelajaran examples non examples ini kelompok belajar harus benar-benar diperhatikan mulai dari pembagian anggota kelompoknya, kerjasama antar anggota kelompok dan keberhasilan semua anggota kelompok dalam memahami materi pelajaran. Guru juga mengawasi secara langsung proses belajar yang terjadi dalam setiap kelompok, jadi guru tidak hanya melihat hasil akhirnya saja tetapi juga benar-benar memperhatikan proses belajar siswa.
Dari uraian di atas, maka pemecahan masalah dalam penelitian tindakan ini dengan menggunakan model pembelajaran examples non examples dan talking stick diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Negeri 010196 Lubuk Cuik Kab. Batubara Tahun Pembelajaran 2012/2013?
D. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui dengan penerapan model pembelajaran examples non examplesdan talking stick dapat meningkatkan motivasi belajar bahasa indonesia siswa kelas IV SD Negeri 010196 Lubuk Cuik Kab. Batubara Tahun Pembelajaran 2012/2013?
2. Untuk mengetahui dengan penerapan model pembelajaran examples non examples dan talking stick dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia kelas IV SD Negeri 010196 Lubuk Cuik Kab. Batubara Tahun Pembelajaran 2012/2013?
E. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah :
1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai model pembelajaran examples non examples dan talking stick dalam upaya meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar Bahasa Indonesia kelas IV SD Negeri 010196 Lubuk Cuik Kab. Batubara Tahun Pembelajaran 2012/2013.
2. Sebagai bahan masukan bagi guru dan staff pengajar lainnya dalam memilih alternatif strategi dalam mentransfer ilmu dengan menggunakan model pembelajaran examples non examples dan talking stick sebagai salah satu cara yang efektif dalam meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar Bahasa Indonesia kelas IV SD Negeri 010196 Lubuk Cuik Kab. Batubara Tahun Pembelajaran 2012/2013.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis
1. Model Pembelajaran Examples Non Examples
Model pembelajaran ada banyak jenisnya, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Model pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif atau dikehendaki untuk saling bekerja sama untuk suatu tugas bersama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya.
Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2009:17) menyebutkan cooperative learning merupakan “model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya”. Dalam melakukan proses belajar mengajar guru tidak lagi mendominasi seperti lazimnya pada saat ini, sehingga siswa dituntut untuk berbagi informasi dengan siswa yang lainnya dan saling belajar mengajar sesama mereka.
Examples Non Examples merupakan model pembelajaran yang memaparkan materi pelajaran dalam bentuk contoh-contoh agar siswa lebih kritis dalam menganalisa materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Model pembelajaran examples non examples adalah model pembelajaran yang menggunakan contoh-contoh. Baik itu contoh-contoh yang di dapat dari kasus atau transaksi dan gambar yang relevan dengan Kompetensi Dasar (KD). Diharapkan, dengan penggunaan contoh-contoh dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Sehingga aktivitas dan hasil belajar yang diharapkan tercapai dengan baik.
Menurut Kiranawati (2009: 20) bahwa “Model pembelajaran examples non examples adalah suatu model pembelajaran yang menampilkan contoh-contoh dari materi yang disajikan”. Menurut Yustisia (2007:165) bahwa “model pembelajaran examples non examples adalah model pembelajaran yang menggunakan contoh-contoh.”
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran examples non examples itu adalah model pembelajaran yang memaparkan materi dengan memberi contoh-contoh soal, yang dapat membantu siswa lebih memahami materi pelajaran untuk mencapai hasil yang optimal. Model pembelajaran examples non examples memiliki prosedur dimana siswa lebih kritis menganalisa, dan diberi kesempatan dalam mengemukakan pendapatnya, serta saling membantu satu sama lain.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan menurut Suyatno (2009:115) dalam model ini adalah sebagai berikut :
1. Guru mempersiapkan materi dalam bentuk contoh-contoh sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Guru memaparkan materi dalam bentuk contoh-contoh.
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan / menganalisa materi melalui contoh.
4. Melalui diskusi kelompok 5-6 orang siswa, hasil diskusi dari analisa tersebut dicatat pada kertas.
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan.
Pelaksanan model pembelajaran examples non examples dimulai dengan guru mempersiapkan materi dalam bentuk contoh-contoh sesuai dengan tujuan pembelajaran. Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Untuk itu guru harus menguasai materi pelajaran sehingga hasil yang ingin dicapai akan maksimal dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang ada.
Selanjutnya guru memaparkan materi dalam bentuk contoh-contoh dimana siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai materi yang diajarkan. Guru memberi petunjuk dan kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa materi melalui contoh sehingga pemahaman akan materi dapat langsung diaplikasikan melalui contoh-contoh soal. Disini guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada yang belum dimengarti akan materi yang dipaparkan.
Setelah memaparkan materi, guru membentuk diskusi kelompok yang beranggotakan 4-5 orang siswa. Guru akan memberikan soal-soal yang akan didiskusikan oleh masing-masing kelompok. Dimana tiap kelompok diberikan waktu untuk mengerjakan soal-soal tersebut dan hasil diskusi dari setiap kelompok ditulis di kertas.Guru juga mengawasi jalannya diskusi tersebut. Pada tahap ini guru melihat sejauh mana siswa mampu mengerjakan soal yang diberikan guru. Guru melihat apakah siswa bekerja aktif untuk menyelesaikan soal tersebut.
Setelah masing-masing kelompok selesai mendiskusikan soal-soal yang diberikan, tiap kelompok diberi kesempatan untuk memaparkan atau mempresentasikan hasil diskusinya. Dan kelompok lain dituntut untuk memberi komentar dan tanggapan mengenai hasil diskusi kelompok yang mempresentasikan hasil diskusinya. Apabila ada dari anggota kelompok yang kurang mengerti, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru. Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan pertanyaan dari hasil diskusi yang telah dikerjakan. Hal ini akan menambah skor untuk masing-masing kelompok.Skor yang diperoleh setiap peserta akan dapat menentukan kemajuan dari setiap siswa. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan tim.
Selanjutnya guru mengambil kesimpulan untuk materi yang telah didiskusikan oleh siswa secara keseluruhan. Pembelajaran examples non examples memungkinkan siswa belajar lebih rileks, disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan ketat, juga keterlibatan belajar.
Menurut Yustisia (2007:165) bahwa keunggulan dari model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples ini adalah : “1) Siswa lebih kritis dalam menganalisa materi dalam bentuk contoh-contoh, 2) Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh dari suatu kasus, 3) Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.”
Menurut Kiranawati (.2008 : 70) terdapat kelebihan dan kekurangan dari model belajar examples non examples :
Kelebihan model pembelajaran examples non examples yaitu :
a. Siswa lebih kritis dalam menganalisa contoh.
Dengan menganalisa contoh siswa lebih termotivasi dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru.
b. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh.
Dari contoh-contoh yang diberikan oleh guru, akan memudahkan siswa untuk memahami materi pelajaran yang dijelaskan oleh guru untuk mencapai hasil yang optimal.
c. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Dengan mengemukakan pendapat, siswa dituntut untuk turut mengeluarkan ide-ide dalam pelajaran dan mendengarkan pandangan dan pemikiran kelompok lain sehingga dapat memancing siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Walaupun model ini cukup membuka daya kreatifitas siswa, namun terdapat kekurangan dalam hal penyajiannya, yaitu
a. Membutuhkan waktu yang lama bagi guru untuk mengarahkan siswa yang lamban dalam memahami pembelajaran.
b. Membutuhkan ketelitian dalam pembagian kelompok karena di dalam kelompok harus terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah sehingga di dalam satu kelompok terdiri dari berbagai kemampuan yang nantinya akan saling membantu satu diantara lainnya.
Walaupun model ini cukup membuka daya kreatifitas siswa,namun terdapat kelemahannya yaitu memakan waktu yang lama. Model pembelajaran examples non examples memiliki prosedur dimana siswa lebih kritis menganalisa, dan diberi kesempatan dalam mengemukakan pendapatnya, serta saling membantu satu sama lain.
2. Model Pembelajaran Talking Stick
Model pembelajaran Talking Stick termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif, dimana model pembelajaran talking stick merupakan model pembelajaran yang dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Dalam proses belajar mengajar di kelas model pembelajaran ini berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang diberikan guru dari satu siswa kepada siswa yang lainnya. Pada saat guru menjelaskan materi pelajaran dan selanjutnya guru mengajukan pertanyaan kepada siswa, maka siswa yang sedang memegang tongkat itulah yang memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Hal ini dilakukan hingga semua siswa berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Pembelajaran dengan model Talking Stick juga melatih siswa mambaca dan memahami dengan cepat materi yang telah diajarkan oleh guru, agar siswa lebih giat belajar.
Pada dasarnya model pembelajaran Talking Stickmerupakan salah satu alternative yang mengarah pada pemahaman konsep. Kiranawati (2011:2) yang menjelaskan bahwa “Talking Stick merupakan model pembelajaran dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya”. Widodo (2009:2) mengemukkan Bahwa model pembelajaran Talking Stick merupakan model pembelajaran yang menggunakan sebuah tongkat sebagai alat petunjuk giliran, siswa yang mendapatkan tongkat akan diberi pertanyaa dan harus menjawabnya. Kemudiaan secara estafet tongkat tersebut berpindah ketangan siswa lainnya secara bergilir, demikian seterusnya sampai seluruh siswa mendapat tongkat pertanyaan.
Berdasarkan uraian di atas maka model pembelajaran Talking Stick merupakan model pembelajaran dengan bantuan tongkat, bagi siswa yang mendapat tongkat tersebut wajib menjawab pertanyaan yang diberikan guru, demikian seterusnya sampai seluruh siswa mendapat tongkat dan pertanyaan.
Pembelajaran dengan metode Talking Stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Adapun langkah-langkah Pembelajaran Talking Stick menurut Suprijono, (2009:110) adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian peserta didik diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut.
2. Geru meminta selanjutnya meminta kepada peserta didik menutup bukunya
3. Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya, tongkat tersebut diberikan kepada salah satu peserta didik
4. Peserta didik yang menerima tongkat tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru demikan seterusnya
5. Ketika stick bergulir dari peserta didik ke peserta didik lainnya, seyogianya diiringi musik
6. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajari
7. Guru memberikan ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan peserta didik
8. Bersama-sama peserta didik merumuskan kesimpulan.
Hanafiah (2009:49) mengemukakan beberapa langkah-langkah model pembelajaran Talking Stick antara lain :
1. Guru menyiapkan sebuah tongkat
2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari
3. Kemudian memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca dan mempelajari materi pegangannya, setelah membaca buku dan mempelajarinya peserta didik dipersilahkan untuk menutup bukunya
4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada peserta didik, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan peserta didik yang memegang tongkat harus menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar peserta didik mendapat bagian menjawab sesuai pertanyaan dari guru.
Dari pendapat di atas dalam langkah-langkah model pembelajaran Talking Stick memiliki beberapa tahapan dimana guru menyiapkan sebuah tongkat, lalu guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa untuk membaca buku dan mempelajari materi pelajaran. Setelah siswa selesai membaca buku dan mempelajarinya, lalu guru menyuruh siswa untuk menutup bukunya. Kemudian guru mangambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya hingga seluruh siswa mendapat bagian untuk untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Kemudian guru memberikan kesimpulan dari hasil pendapat siswa.
Menurut Kiranawati (2011) bahwa model pembelajaran Talking Stick memiliki kelebihan dan kelemahan antara lain : a) Menguji kesiapan siswa, b) Melatih siswa membaca dan memahami dengan cepat, dan c) Agar siswa lebih giat belajar.Kelemahannya adalah membuat siswa senam jantung. Dalam model pembelajaran Talking Stick guru menguji kesiapan siswa terhadap materi pelajaran, lalu siswa dilatih membaca dan memahami dengan cepat materi yang telah diajarkan oleh guru, dengan adanya model ini siswa lebih giat lagi untuk belajar, sehingga membuat siswa senam jantung.
3. Kolaborasi Model Pembelajaran Examples non examplesdan Talking Stick
Kolaborasi model pembelajaran Examples non examples dan Talking Stick merupakan Kolaborasi model pembelajaran kooperatif. Dalam model pembelajaran Examples non examples memaparkan materi pelajaran dengan contoh-contoh. Penerapan model ini dimulai dari pembagian siswa di kelas menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang dan setiap kelompok harus heterogen yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau disebut dengan LKS Examples non examples untuk menuntaskan materi pelajaran, dan kemudian saling membantu dalam melakukan diskusi. Metode diskusi yang digunakan dalam pembelajaran Examples non examples ini dengan Tanya jawab, diskusi dan sebagainya yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa. Siswa secara aktif memberikan pengaruh dari peristiwa alami yang terjadi di kelas.
Menurut Sudrajat (2010) langkah-langkah model pembelajaran Examples non examplesadalah :
1) Penyampaian materi pembelajaran,
2) Tahapan kegiatan belajar kelompok,
3) Tahapan menguji kinerja individu,
4) Tahapan mengukur kinerja kelompok.
Sedangkan model pembelajaran Talking Stickmerupakan model pembelajaran dengan bantuan tongkat, bagi siswa yang mendapat tongkat tersebut wajib menjawab pertanyaan yang diberikan guru, demikian seterusnya sampai seluruh siswa mendapat tongkat dan pertanyaan. Dalam proses belajar mengajar di kelas model pembelajaran ini berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang diberikan guru dari satu siswa kepada siswa yang lainnya. Pada saat guru menjelaskan materi pelajaran dan selanjutnya guru mengajukan pertanyaan kepada siswa, maka siswa yang sedang memegang tongkat itulah yang memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Hal ini dilakukan hingga semua siswa berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Pembelajaran dengan model Talking Stick juga melatih siswa mambaca dan memahami dengan cepat materi yang telah diajarkan oleh guru, agar siswa lebih giat belajar.
Menurut Suherman (2010:7) sintak model pembelajaran Talking Stick ini adalah: 1) Guru menyiapkan tongkat, 2) Sajian materi pokok, 3) Siswa membaca materi lengkap pada wacana, 4) Guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, 5) Tongkat diberikan kepada siswa lain dan guru membimbing kesimpulan, refleksi, dan evaluasi.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan Langkah-Langkah penerapan Kolaborasi model pembelajaran Examples non examplesdan Talking Stick, adalah sebagai berikut :
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Guru membentuk kelompok yang beranggotakan 4-5 orang yang heterogen, baik kemampuan berbeda maupun jenis kelamin
3. Membuat kotak sesuai keperluan
4. Buat soal sesuai indikator
5. Menyampaikan materi
6. Membagikan lembaran kegiatan sesuai contoh, kemudian memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk mendiskusikannya, setelah berdiskusi siswa dipersilahkan untuk menutup bukunya
7. Guru menyiapkan sebuah tongkat
8. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat harus menjawabnya dan jawaban sesuai hasil diskusi kelompok Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian menjawab sesuai pertanyaan dari guru.
9. Siswa disuruh menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban
10. Memberikan poin setiap jawaban dalam kotak.
11. Guru memberikan kesimpulan
12. Guru memberikan evaluasi
2. Motivasi Belajar
Pada hakekatnya seorang siswa yang belajar terdapat di dalam jiwanya dorongan yang menggerakkannya untuk berkeinginan, kemampuan yang besar, dan semangat untuk mendapatkan nilai yang bagus. Dorongan inilah yang biasa disebut dengan motivasi. Motivasi dapat mendorong dan menggerakkan individu untuk melakukan kegiatan yang mencapai suatu tujuan.
Motivasi tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah laku tertentu. Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhan.
Motivasi menurut Hamalik (2005:158) adalah “ perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.” Menurut Mc.Donald (dalam Sardiman, 2008:73) “Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya ‘feeling / rasa’ dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.”
Dari teori diatas dapat dinyatakan bahwa motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu.
Menurut Sardiman (2008:75) bahwa dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dan praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Sardiman (2008:86) motivasi dibagi atas dua jenis, yaitu :” a). Motivasi Primer dan b). Motivasi Sekunder”. Motivasi primer yaitu motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar. Motif-motif dasar tersebut pada umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Sedangkan motivasi sekunder sendiri merupakan motivasi yang dipelajari, artinya bahwa perilaku manusia dipengaruhi faktor sosial seperti emosional, sikap, pengetahuan dan intelektual.
Menurut Sardiman (2008) motivasi mempunyai sifat yang dibagi atas dua golongan yaitu :
a. Motivasi intrinsik, adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu diransang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
b. Motivasi ekstrinsik, adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya rangsangan dari luar.
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.
Kedua motivasi ini sangat penting dan saling berhubungan, karena kalau tidak ada rangsangan dari luar yang mempengaruhi seseorang untuk belajar walaupun di dalam dirinya terdapat dorongan untuk melakukan kegiatan belajar maka hasil yang didapat tidak optimal, ibaratnya seseorang ingin menghadiri ceramah, tetapi karena ia tidak tertarik dengan materi yang disampaikan dan cara penyampaiannya, maka ia tidak akan mendengarkan ceramah tersebut, apalagi mencatat isi ceramah tersebut.
Menurut Wena (2009:33) motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki indikator yaitu :
1. Keantusiasan dalam belajar, yaitu tingkah laku seseorang yang aktif dalam mengerjakan suatu kegiatan.
2. Minat atau perhatian pada pembelajaran, dengan menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, dan sebagainya).
3. Keterlibatan dalam kegiatan belajar, yaitu kegiatan yang menunjukkan keaktifan dalam menanggapi dan memecahkan suatu permasalahan.
4. Rasa ingin tahu pada isi pembelajaran, sikap seseorang yang dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).
5. Ketekunan dalam belajar, tekun dalam mengerjakan tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
6. Selalu berusaha mencoba, selalu berusaha untuk melakukan sesuatu dengan baik (tidak takut apabila melakukan kesalahan).
7. Aktif mengatasi tantangan yang ada dalam pembelajaran (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang diraihnya).
Dengan adanya indikator yang dipaparkan diatas, maka guru dapat mengukur tingkat motivasi siswa di dalam pembelajaran.
Slameto (2010) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik siswa yaitu : faktor jasmaniah dan faktor psikologis. Faktor jasmaniah terdiri dari kesehatan dan cacat tubuh. Sedangkan faktor psikologis terdiri dari inteligensi, perhatian, minat dan motivasi.
Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatannya terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah.
Cacat tubuh disini dapat berupa buta, tuli, patah kaki lumpuh dan lain-lain. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajarnya. Jika hal ini terjadi hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus.
Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi akan berhasil daripada yang mempunyai tingkat inteligensi yang rendah. Walaupun siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi belum tentu berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang komplek dengan banyak faktor yang mempengaruhinya.
Perhatian merupakan salah satu faktor dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa, agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.
Minat juga berpengaruh terhadap tumbuhnya motivasi belajar siswa, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, dia tidak akan belajar sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya.
Motif juga tidak kalah berpengaruhnya. Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau mempunyai motif untuk berpikir dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan/menunjang belajar.
Gagne dan Berliner (dalam Slameto, 2010:176) menyatakan bahwa ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan motivasi siswa, yaitu :
1. Pergunakan pujian verbal
2. Pergunakan simulasi dan permintaan
3. Pergunakan tes dalam nilai secara bijaksana
4. Merangsang hasrat dengan jalan memberikan pada siswa sedikit contoh hadiah yang akan diterimanya bila ia berusaha untuk belajar
5. Sajikan materi dengan sesuatu cara yang unik dan menyenangkan.
Penggunaan pujian verbal seperti “bagus”, “baik”, atau “sempurna”, yang diucapkan guru setelah siswa melakukan sesuatu seperti mengerjakan tugas atau menjawab pertanyaan guru, merupakan pembangkit motivasi yang besar.
Penggunaan simulasi dan permainan merupakan cara yang paling jitu dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, karena siswa belajar secara rileks tanpa terbebani dengan catatan dan hapalan.
Penggunaan tes dalam nilai secara bijaksana juga menjadi sesuatu kekuatan untuk memotivasi siswa yaitu dengan tes siswa belajar bahwa ada keuntungan yang diperolehnya dengan nilai yang tinggi. Tapi tes dan nilai harus dipakai secara bijaksana, yaitu untuk menilai penguasaan dan kemajuan siswa, bukan untuk menghukum atau membanding-bandingkannya dengan siswa lain.
Dengan hadiah, guru juga dapat merangsang siswa untuk mau belajar. Berikan pada siswa suatu pemahaman bahwa jika ia mau belajar bersungguh-sungguh maka dia akan mendapatkan imbalan dari hasil belajar yang diperolehnya.
Dengan penyajian materi dengan cara unik dan menyenangkan yang berbeda dari biasanya yang guru lakukan akan membangkitkan motivasi belajar siswa, pelajaran akan mudah diingat tanpa perlu dihapal, misalnya dengan menyuruh siswa menjadi guru.
Dan akhirnya guru mendapatkan stimulus yang sangat besar pengaruhnya dalam motivasi siswa untuk belajar. Guru berkemampuan untuk merancang bahan ajar, dengan tujuan agar motivasi belajar individu bertambah besar yang berdampak pada meningkatnya hasil belajar.
5. Keterampilan menulis Siswa
Proses dari belajar mengajar yang dilaksanakan merupakan upaya untuk mencapai tujuan belajar yang biasa disebut hasil belajar. Hasil belajar merupakan indikator untuk mengukur keberhasilan siswa dalam proses belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Sedangkan belajar itu sendiri merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.
Menurut Djamarah dan Zain (2002:120) :
Untuk mengetahui apakah suatu proses belajar-mengajar dikatakan berhasil, ada indikator yang digunakan yaitu daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi secara kelompok maupun secara individual dan perilaku yang digariskan dalan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) sudah dicapai siswa baik secara kelompok maupun secara individu.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar itu merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar yang menyebabkan perubahan dalam diri siswa tersebut. Untuk memperoleh hasil belajar siswa secara utuh tidak terlepas dari aspek-aspek pembelajaran. Menurut Rohani (2004:43) ada tiga aspek pembelajaran antara lain :
1. Aspek Kognitif yaitu perilaku yang merupakan hasil berfikir yang terdiri dari pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
2. Aspek Afektif yaitu perilaku yang dimunculkan sebagai pertanda suatu kecenderungan untuk memilih/memutuskan dalam merespon suatu obyek tertentu yang terdiri dari penerimaan, tanggapan atau reaksi, penilaian, organisasi, dan karakteristik.
3. Aspek Psikomotorik yaitu perilaku yang dimunculkan oleh hasil kerja tubuh manusia, yang terdiri dari gerakan reflek, keterampilan, gerakan dasar, kemampuan konseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan kreatifitas.
Sehubungan dengan aspek-aspek tersebut ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Slameto (2010:54-72), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah :
1. Faktor-faktor internal, meliputi : Jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh), Psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan dan kelelahan).
2. Faktor-faktor eksternal, meliputi : Keluarga (cara orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, latar belakang kebudayaan), Sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah) dan Masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).
Penguasaan hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Pada umumnya hasil karya dan tingkah laku penguasaan suatu materi pengajaran diukur dengan penilaian. Hasil-hasil belajar biasanya diperlihatkan setelah anak didik menempuh kegiatan belajarnya dalam proses belajar-mengajar. Hal ini ditegaskan oleh Sudjana (2005:22) mengungkapkan bahwa ”hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Jadi dapat disimpulkan hasil belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang dikerjakan secara individu maupun kelompok, setelah melalui kegiatan belajar-mengajar, yang menyebabkan perubahan pada diri siswa tersebut.
Menurut American Accounting Association (dalam Kardiman, 2007:2) “Bahasa indonesia adalah proses pengidentifikasian, pengukuran dan penyampaian informasi ekonomi yang memungkinkan dilakukannya penilaian dan keputusan yang tepat bagi pemakai informasi tersebut”. Jadi keterampilan menulis adalah suatu akibat dari proses belajar, dengan menggunakan alat pengukuran yang ditunjukkan berupa nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (subsumatif), dan nilai ulangan harian (formatif) yang merupakan proses dari evaluasi pada mata pelajaran bahasa indonesia. Keterampilan menulis juga dapat dikatakan sebagai hasil dari suatu interaksi proses belajar-mengajar yang menyebabkan perubahan pada diri dan kognitif belajar siswa, sehingga dapat diketahui sejauh mana proses pembelajaran tersebut dapat tercapai.
Hasil belajar itu sendiri melukiskan tingkah laku (kadar) pencapaian siswa atas tujuan-tujuan instruksional yang ditetapkan. Hasil belajar tercermin dari kepribadian siswa berupa tingkah lakunya setelah mengalami proses belajar mengajar. Itu berarti bahwa hasil belajar itu menggambarkan kemampuan yang dimiliki siswa baik dalam aspek kognitif, afektif maupun dalam aspek psikomotorik.
Keterampilan menulis adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yang ditunjukkan berupa nilai-nilai yang merupakan proses dari evaluasi pada mata pelajaran bahasa indonesia. Keterampilan menulis juga dapat dikatakan sebagai hasil dari suatu interaksi proses belajar mengajar yang menyebabkan perubahan pada diri dan kognitif belajar siswa, sehingga dapat diketahui sejauh mana proses pembelajaran tersebut dapat tercapai.
Jadi dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis merupakan hasil yang diperoleh oleh siswa dari proses belajar mengajar atau pembelajaran siswa selama berada di sekolah pada mata pelajaran bahasa indonesia yang dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau angka dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap ujian yang ditempuhnya.
B. Penelitian yang Relevan
Nurhayati (2007) melakukan orientasi dengan judul penerapan pembelajaran kooperatif tipe examples non examples untuk meningkatkan hasil belajar siswa pata mata Diklat Bahasa indonesia (Studi Kasus SMK “Ardjuna” 01 Malang). Hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang positif, terlihat dari peningkatan hasil yang sifnifikan dari siklus I ke siklus II.
Sigit (2005), “Implikasi Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif STAD dan Examples Non Examples terhadap Kualitas Proses dan Hasil Belajar Kimia Siswa SMA Negeri Dampit Kabupaten Malang,” menunjukkan hasil penelitian bahwa kedua model pembelajaran ini dapat diterapkan dalam pembelajaran Kimia di SMA, terjadi peningkatan kualitas proses dan hasil belajar siswa, serta secara statistik tidak ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang diajarkan dengan model STAD dan Examples Non Examples.
1. Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ruslan (2004), dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non ExamplesUntuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Koloid di Kelas XI SMA N 2 Tanjung Balai Medan menyimpulkan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples dapat meningkatkan hasil belajar pada pokok bahasan koloid di kelas XI SMA N 3 Tanjung Balai. Hasil penelitian diketahui rata-rata nilai post-test I pada siklus I sebesar 63,25 dan rata-rata nilai post-test II adalah sebesar 81,87. Nilai sudah mencapai ketuntasan belajar sehingga pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Navratilopa (2009), dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI SMA Negeri Utalimbaru Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non Examples Pada Sub Materi Pokok Sistem Pernapasan Pada Manusia Tahun Pelajaran 2007/2008. Mengatakan bahwa Model pembelajaran kooperatif tipe examples non examplesdapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dimana dari 35 siswa hanya sekitar 25 % siswa yang memperoleh rata-rata standar ketuntasan belajar yang ditentukan sekolah yaitu rata-rata 70, meningkat menjadi 80% siswa yang memperoleh rata-rata standar ketuntasan belajar.
2. Kerangka Berpikir
Motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu. Sedangkan belajar sendiri merupakan aktifitas yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada individu yang belajar, yang artinya perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja tetapi dapat bertahan dan berfungsi dalam waktu yang relatif lama.
Dalam meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa terhadap pelajaran bahasa indonesia, guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang optimal dan menyenangkan dengan menerapkan berbagai model pembelajaran. Karena siswa mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya dalam menerima materi pelajaran yang disajikan guru di kelas, ada siswa yang mempunyai daya serap cepat dan ada pula yang mempunyai daya tangkap yang lama.
Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia adalah cara penyampaian materi pembelajaran oleh guru bahasa indonesia. Dan paradigma guru yang menganggap tugas guru yang hanya pentransfer ilmu saja kesiswa tanpa melakukan pendekatan yang tepat terhadap siswa. Salah satunya adalah guru bertanggung jawab dalam rangka menciptakan suasana belajar yang kondusif yang dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Bahasa Indonesiasesuai yang diharapkan. Untuk itu pula guru harus mampu memperbaiki kesalahan konsep siswa dan meningkatkan motivasi siswa dengan memperhatikan metode mengajar yang digunakan. Hal ini seringkali menimbulkan kesulitan, karena guru cenderung lebih sering menggunakan pembelajaran secara konvensional dengan metode ceramah dan bersifat monoton sebab tidak memerlukan alat dan bahan praktek, cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar atau referensi yang lain sehingga siswa cepat merasa bosan untuk mengikuti proses pembelajaran. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran.
Untuk mencapai hasil yang optimal maka guru harus menggunakan model pembelajaran yang tepat, yang dapat mengaktifkan siswa dan menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan dalam proses pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang mampu membuat siswa berhasil dalam belajar adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples. Model ini merupakan salah satu dari model pembelajaran yang menuntut siswa berperan aktif dalam pembelajaran dan punya kemampuan untuk dapat bekerja sama dengan kelompoknya dalam menyelesaikan permasalahan serta saling membantu untuk mencapai hasil yang diharapkan. Dalam model pembelajaran ini siswa dituntut untuk menemukan sendiri pengalaman-pengalaman belajarnya dan saling melengkapi pengetahuan antar anggota kelompok, sedangkan guru pembimbing, mengarahkan, dan mengadakan evaluasi-evaluasi dari yang mereka kerjakan. Untuk itu diharapkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples ini dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa khususnya bahasa indonesia.
Pelaksanaan model pembelajaran talking stick ini dimulai dengan guru membagi kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen, lalu guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangan/paketnya, Setelah siswa selesai membaca buku dan mempelajarinya, guru mempersilakan siswa untuk menutup bukunya, lalu guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya hingga seluruh siswa mendapat bagian untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Dengan adanya langkah-langkah ini diharapkan dapat melibatkan siswa secara aktif bekerja sama mencari jawaban, mendengarkan pendapat orang lain, memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok, mempersentasekan hasil diskusi.
Penerapan kolaborasi model pembelajaran Examples non examplesdan Talking Stick dimaksudkan untuk mengatasi problematika dalam pelaksanaan pembelajaran, dimana model pembelajaran Examples non examplesmemperkenalkan siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil yang beranggotakan 4 atau 5 orang yang heterogen, baik kemampuan berbeda maupun jenis kelamin. Kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi, setelah berdiskusi siswa dipersilahkan untuk menutup bukunya. Yang selanjutnya akan dikolaborasikan dengan model pembelajaran Talking Stick dimana guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat harus menjawabnya dan jawaban sesuai diskusi kelompok. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian menjawab sesuai pertanyaan dari guru. Dengan demikian materi pelajaran bahasa indonesia yang diperoleh siswa akan bertahan lebih lama, karena merupakan hasil usahanya sendiri.
Berdasarkan uraian di atas diharapkan dengan diterapkannya model pembelajaran Examples non examples dan Talking Stick maka motivasi dan hasil belajar bahasa indonesia siswa akan meningkat.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian kerangka teori dan pikir tersebut di atas maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah:
1. Melalui model pembelajaran examples non examplesdan talking stick dapat meningkatkan motivasi belajar bahasa indonesia siswa Kelas IV SD Negeri 010196 Lubuk Cuik Kab. Batubara Tahun Pembelajaran 2012/2013
2. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples dan talking stick dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Negeri 010196 Lubuk Cuik Kab. Batubara Tahun Pembelajaran 2012/2013
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas IV SD Negeri 010196 Lubuk Cuik Kab. Batubara Tahun Pembelajaran 2012/2013
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Lubuk Cuik Kab. Batubara yang berjumlah 34 orang siswa.
2. ObjekPenelitian
Objek penelitian ini adalah upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar Bahasa Indonesiamelalui model pembelajaran examples non examples dan talking stick.
C. Defenisi Operasional
Defenisi operasional dalam penelitian ini adalah :
1. Model pembelajaran examples non examples dan talking stick adalah suatu model pembelajaran yang menampilkan contoh-contoh dari materi, yang berguna sebagai dasar siswa yang membentuk kelompok dan mengembangkan diskusi pembelajaran.kemudian guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat harus menjawabnya dan jawaban sesuai diskusi kelompok
2. Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator yang meliputi, adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar dan adanya harapan dan cita-cita masa depan.
3. Keterampilan menulis adalah hasil yang dicapai seseorang melalui proses belajar bahasa indonesia untuk mencapai hasil dalam bentuk tingkah laku yang baru yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran bahasa indonesia melalui tes.
D. Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus tindakan. Informasi siklus pertama akan sangat menentukan siklus berikutnya. Tiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu : 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan, 4) refleksi. (Arikunto, dkk. 2008:16)
Berikut penjelasan dari bagan diatas :
a. Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan ini, penulis melakukan observasi pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, mencari permasalahan yang terjadi terhadap siswa dengan cara melihat hasil belajar siswa dari daftar nilai harian siswa. Dari permasalahan ini, penulis mencari solusi dan memecahkan permaslahan tersebut dengan merencanakan suatu model pembelajaran yang akan diterapkan.
a. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Tindakan adalah langkah dari pemecahan masalah yang sudah ditemukan dalam kelas. Dari permasalahan yang ditemukan, diterapkanlah suatu proses pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dan tindakan tersebut adalah melalui model pembelajaran examples non examples.dan talking stick.
Pada tahapan siklus pertama ini direncanakan akan dilakukan dua kali pertemuan. Siswa dibagi dalam 8 kelompok heterogen. Setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa.
Dalam kerja kelompok, guru memberikan soal-soal kepada setiap kelompok sebagai bahan untuk mengadakan diskusi. Diskusi dilakukan dalam bentuk soal, jadi masing-masing kelompok harus menyelesaikan soal-soal tersebut.
Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh kelompok akan diberikan kesempatan untuk memaparkan hasil diskusi kelompoknya.
Tabel 3.1
Siklus Tindakan Kelas
No | TINDAKAN | OUTPUT |
Siklus I | ||
1 | Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan motivasi siswa untuk belajar. | Penjelasan tentang tujuan pembelajaran. |
2 | Guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples dan talking stic. | Pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples. |
3 | Siswa dibagi dalam kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 siswa. | Terbentuknya 8 kelompok. |
4 | Memerintah siswa bekerja dalam kelompok. | Siswa bekerja dalam kelompok. |
5 | Mengevaluasi hasil siklus I. | Hasil kemampuan menyelesaikan materi. |
6 | Mengadakan refleksi tindakan pada siklus I secara menyeluruh. | Tingkat kemampuan menyelesaikan materi. |
Siklus II | ||
1 | Mengidentifikasi masalah baru berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi siklus I. | Masalah-masalah baru muncul. |
2 | Guru melalui model pembelajaran examples non example dan talking stick. | Pembelajaran melalui model pembelajaran examples non examples dan talking stick |
3 | Mengevaluasi hasil siklus II. | Tingkat kemampuan menyelesaikan materi. |
4 | Mengadakan refleksi pada siklus II secara menyeluruh. | Peningkatan kemampuan siswa menyelesaikan materi. |
b. Pengamatan (Observation)
Pengamatan atau observasi dapat dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung, dari hasil skor perolehan nilai dalam menjawab soal-soal dan penilaian keaktifan dalam kerja kelompok dari lembar observasi yang telah disediakan.
d. Refleksi (Reflection)
Refleksi dilakukan berdasarkan analisis data perolehan tes/ skor perolehan nilai dalam diskusi masing-masing kelompok dan observasi yang dilakukan dijadikan bahan dalam menentukan tindakan perbaikan untuk tahap perencanaan pada siklus berikutnya.
E. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui:
a. Tes
Adapun tes yang diberikan adalah dalam bentuk essay. Yang diambil dari buku paket guru yang dianggap sudah valid dan reabel. Hasil tes yang diperoleh digunakan untuk melihat keberhasilan belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal.
b. Observasi
Observasi adalah cara yang digunakan untuk melihat motivasi siswa pada saat belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examplesdan talking atick, apakah siswa termotivasi atau tidak termotivasi dengan model pembelajaran ini. Adapun format observasi yang dirancang penulis adalah :
Tabel III.2
Lembar Motivasi Siswa
No | Nama Siswa/ Kelompok | Aspek yang dinilai | Jlh | Ket | |||||||||||||||||||||||||||||||||||
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | |||||||||||||||||||||||||||||||||
1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | ||||||||||||
1. | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2. | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3. | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Keterangan :
A. Keterangan aspek yang dinilai
1. Keantusiasan dalam belajar
2. Minat atau perhatian pada pembelajaran
3. Keterlibatan dalam kegiatan belajar
4. Rasa ingin tahu pada isi pembelajaran
5. Ketekunan dalam belajar
6. Selalu berusaha mencoba
7. Aktif mengatasi tantangan yang ada dalam pembelajaran.
B. Kriteria Skor
1. Tidak pernah melakukan (0)
2. Dilakukan namun jarang (1x - 2x)
3. Sering dilakukan (3x)
4. Sangat sering dilakukan (4x)
C. Kriteria Penilaian
Perolehan Nilai | Kriteria | Keterangan |
22-28 | Sangat Motivasi | A |
15-21 | Termotivasi | B |
8 – 14 | Kurang Termotivasi | C |
1-7 | Sangat Kurang Termotivasi | D |
0 | Tidak Ada Motivasi | E |
D. Angka 28 diperoleh dari angka Kriteria skor tertinggi (4) dan aspek yang dinilai (7). Jadi 4 x 7 = 28
Berdasarkan kriteria motivasi di atas dapat disimpulkan bahwa siswa akan dikatakan termotivasi dalam belajar apabila memiliki skor ≥ 15, dan jika kelas tersebut telah terdapat 80% siswa yang telah mencapai nilai atau skor ≥ 15 maka motivasi belajar secara keseluruhan telah terpenuhi.
F. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini ada dua jenis data yang dikumpulkan, yaitu :
1. Data Kuantitatif
Merupakan nilai hasil belajar siswa yang dianalisis secara deskriptif yakni dengan mencari nilai rata-rata test, persentase, keberhasilan belajar dan Kriteria ketuntasan Minimal (KKM) yang diterapkan disekolah. Seorang siswa dikatakan telah tuntas belajar jika hasil belajar siswa telah mencapai nilai skor 65 dari suatu kelas dikatakan tuntas terhadap suatu materi pelajaran jika skor rata-rata kelas telah mencapai 65. Dalam analisis data kuantitatif ini digunakan dua jenis penilaian yaitu penilaian rata-rata dan penilaian untuk ketuntasan belajar klasikal.
2. Penilaian Rata-rata
Peneliti menunjukkan nilai yang diperoleh siswa kemudian dibagi dengan jumlah siswa kelas tersebut sehingga memperoleh nilai rata-rata.
Nilai rata rata diperoleh dengan menggunakan rumus :
(Aqib, 2009 : 204)
Dengan : Nilai rata-rata
Jumlah semua nilai siswa
Jumlah seluruh siswa
3. Penilaian untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar, yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Ketuntasan perorangan dilihat dari nilai siswa dan dibandingkan dengan KKM yang ditetapkan oleh sekolah. Seorang siswa dikatakan telah tuntas belajar jika hasil belajar siswa telah mencapai skor ≥ 65.
Sedangkan ketuntasan klasikal terpenuhi jika persentase ketuntasan belajar secara klasikal mencapai minimal 80 %. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut :
(Aqib, 2009 : 204)
Ket : P = Ketuntasan belajar klasikal
Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 65
Jumlah seluruh siswa
Analisis ini dilakukan pada saat tahapan refleksi. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan refleksi untuk melakukan perencanaan lanjut dalam siklus selanjutnya. Hasil analisis juga dijadikan sebagai bahan refleksi dalam memperbaiki rancangan pembelajaran, bahkan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan model pembelajaran yang tepat.
4. Data Kualitatif
Merupakan data yang sifatnya berupa informasi. Berbentuk kalimat yang memberikan gambaran tentang ekspresi siswa tentang tingkat keberhasilan siswa terhadap mata pelajaran bahasa indonesia (kognitif), sikap siswa (afektif), dan aktivitas siswa mengikuti pelajaran, perhatian, antusiasme dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar dan sejenisnya (psikomotorik) dapat dianalisis secara kualitatif.
BAB IV
HASIL PENELIsTIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 010196 Lubuk Cuik Kab. Batubara Tahun Pembelajaran 2012/2013, dengan menggunakan model pembelajaran examples non examples dan talking stick untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar Bahasa Indonesiakelas IV pada kompetensi dasar keterampilan menulis. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan di dalam kelas dan terdiri dari dua siklus, dimana siklus pertama terdiri dari dua kali pertemuan dan siklus kedua terdiri dari dua kali pertemuan. Pada awal kegiatan penelitian diberikan pretest untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang akan di pelajari, dan diakhir masing-masing siklus diberikan posttest, yaitu postest I dan postest II untuk mengetahui perubahan yang terjadi. Apabila hasil belajar siswa dibawah Kritera ketuntasan Minimal (KKM) yaitu nilai 70 maka siswa belum tuntas belajar, dan apabila ≥ 70% dari jumlah siswa belum mencapai nilai 70 maka ketuntasan secara klasikal belum terpenuhi, sehingga akan dilanjutkan ke siklus berikutnya. Sedangkan untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar dengan menggunakan lembar observasi motivasi belajar siswa.
|
1. Hasil Observasi Motivasi Belajar
Selama penerapan kolaborasi model pembelajaran Examples Non Examples dengan Talking Stick,sebagai pengamat adalah peneliti sendiri dan yang mengajar di kelas adalah guru bidang studi Bahasa Indonesia. Dalam pengamatan ini peneliti mengamati kegiatan belajar siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar.
Observasi dilakukan pada setiap pertemuan dan diakumulasikan untuk setiap siklusnya. Hasil observasi motivasi belajar siswapada siklus I dan siklus IIdapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.1.
Hasil Observasi Motivasi Siswa
Siklus | Kurang Baik | Cukup Baik | Baik | Sangat Baik | ||||
Jumlah Siswa | % | Jumlah Siswa | % | Jumlah Siswa | % | Jumlah Siswa | % | |
I | 2 | 5,88 | 14 | 41,18 | 16 | 47,07 | 2 | 5,88 |
II | - | - | 3 | 8,83 | 19 | 55,88 | 12 | 35,29 |
|
Gambar 4.1
Grafik Hasil Observasi Motivasi Siswa Pada Siklus I dan Siklus II
2. Hasil Tes Belajar
Data hasil penelitian diperoleh dari nilai tes hasil belajar pada setiap akhir siklus. Hasil tes iniberfungsi untuk melihat kemampuan siswa setelah diterapkannya kolaborasi model pembelajaran Examples Non Examples dengan Talking Stick .Hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2.
Hasil Belajar Siswa
Jenis Tes | Tuntas | Tidak tuntas | ||
Jumlah Siswa | % | Jumlah Siswa | % | |
Pre Tes | 12 | 35,29 | 22 | 64,71 |
Siklus I | 21 | 61,76 | 13 | 38,24 |
Siklus II | 29 | 85,29 | 5 | 14,71 |
Untuk lebih jelasnya persentase ketuntasan belajar siswa pada Siklus I dan Siklus
II dapat dilihat pada Grafik sebagai berikut :
Gambar 4.2
Grafik Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I dan Siklus II
B. Analisis Data
Dalam penelitian ini analisis data dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran Examples Non Examples dengan Talking Stick saat pembelajaran berlangsung dikumpulkan. Data yang sudah dikumpulkan di seleksi dan disederhanakan menjadi data yang spesifik. Data yang diambil adalah data tentang hasil belajar dan motivasi belajar siswa pada siklus I dan siklus II.
2. Penyajian Data
Data tentang hasil belajar siswa yang sudah direduksi akan disajika untuk dasar menghitung ketuntasan perorangan dan klasikal. Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal, seorang siswa dinyatakan tuntas belajar atau mencapai kompetensi yang diajarkan apabila siswa tersebut memperoleh nilai 70. Untuk mengukur tingkat ketuntasan siswa dalam belajar digunakan rumus:
DS= x 100%
Misalnya, untuk menghitung ketuntasan atas nama Angri Hutagalung yang mendapat skor 80 adalah sebagai berikut :
Daya Serap = x 100%
Daya Serap = 75
Jadi, daya serap Angri Hutagalung adalah 75. Untuk nama-nama siswa selanjutnya dihitung berdasarkan rumus diatas. Kelas dinyatakan mencapai ketuntasan jika ≥ 70% dari jumlah keseluruhan siswa mencapai KKM yang ditetapkan. Ketuntasan secara klaskal dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
D = x 100%
Dari rumus diatas, maka ketuntasan klasikal siklus I (terlampir) adalah sebagai berikut :
D = x 100%
D = 67,65%
Pada siklus I belum mencapai ketuntasan klasikal karena hanya 67,65% siswa yang tuntas belajar, sedangkan kelas dinyatakan mencapai ketuntasan jika ≥ 70% dari jumlah keseluruhan siswa mencapai nilai ≥70. Sementara ketuntasan klasikal pada siklus II yaitu :
D = x 100%
D = 85,29%
Berdasarkan Siklus II tersebut ketuntasan klasikal mencapai 91,18% siswa yang tuntas, jika di kelas tersebut telah terdapat 70% siswa yang telah mencapai daya serap ≥70% maka ketuntasan secara keseluruhan telah terpenuhi.
Dari Hasil lembar observasi motivasi belajar siswa yang diperoleh, dilakukan penganalisian untuk menghitung persentase tingkat motivasi siswa selama proses belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan rumus :
%Motivasi =
%Motivasi =
%Motivasi = 91.18%
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Ciri khas penelitian tindakan kelas adalah (PTK) adalah adanya siklus-siklus yang merupakan suatu proses pemecahan masalah menuju praktik pembelajaran yang lebih baik. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus dan diakhir siklus diberikan test hasil belajar untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang sudah dikerjakan. Adapun langkah-langkah dalam setiap siklus yang dilaksanakan yaitu :
1. Proses Penelitian Tindakan Kelas
Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti bersama guru bidang studi Bahasa Indonesia mengadakan pembahasan tentang pelaksanaan tindakan kelas dan membuat skenario pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran Examples Non Examples dengan Talking Stick. Selanjutnya peneliti mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran Examples Non Examples dengan Talking Stick, menyusun lembar observasi motivasi siswa untuk mengetahui bagaimana kondisi proses belajar. Pada tahap ini juga peneliti menyusun pretest yang akan diberikan kepada siswa sebelum dilakukannya penerapan model pembelajaran Examples Non Examples dengan Talking Stick dan menyususn posttest pada akhir siklusnya untuk melihat perkembangan tingkat pemahaman siswa terhadap pelajaran dengan menerapkan model pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini, guru terlebih dahulu menjelaskan konsep materi pelajaran yang akan dipelajari, setelah itu guru memberikan tes sebelum pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Examples Non Examples dengan Talking Stick untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang materi pelajaran tersebut. Kemudian guru menjelaskan tentang model pembelajaran yang akan diterapkan dalam pertemuan berikutnya.
Pada pertemuan berikutnya dilaksanakan model pembelajaran Examples Non Examples dengan Talking Stick, guru membentuk siswa dalam kelompok yang bersifat heterogen dan masing-masing beranggotakan 5-6 orang. Kemudian guru akan memaparkan materi dalam bentuk contoh-contoh. Selanjutnya guru membagikan kartu yang berupa kartu soal dan kartu jawaban yang berisi konsep/materi kepada masing-masing kelompok dan siswa akan mencari pasangan kartu yang ada dalam kelompoknya. Kemudian setiap kelompok akan membacakan hasil diskusinya dan untuk lebih meningkatkan semangat dan keaktifan siswa maka guru akan memberikan point bagi kelompok yang dapat menemukan pasangan kartu dalam jangka waktu tertentu.
Kemudian, pada pertemuan ini guru memberikan tes tertulis (postes I) kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana perubahan yang terjadi setelah menggunakan kolaborasi model pembelajaran Examples Non Examples dengan Talking Stick. Hasilnya adalah dari data tes hasil belajar yang diperoleh pada siklus I masih banyak siswa yang belum mengalami ketuntasan belajar dengan nilai KKM 70 diperoleh jumlah siswa yang tuntas hanya 21 orang (61,76%) dan yang tidak tuntas sebanyak 13 orang (38,24%).
c. Observasi
Pengamatan ini dilakukan pada saat pembelajaran penerapan model pembelajaran Examples Non Examples dengan Talking Stick berlangsung dan dilakukan oleh peneliti sendiri. Peneliti yang berperan juga sebagai pengamat (observer) mengamati motivasi siswa selama pembelajaran berlangsung. Pada kegiatan ini peneliti mengamati motivasi belajar siswa, dimana masih banyak siswa yang kurang memberi perhatian kepada proses pembelajaran, dan kurang berpartisipasi dalam kelompok masing-masing.
d. Refleksi
Pada akhir siklus I, dilakukan test untuk melihat kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Examples Non Examples dengan Talking Stick.Peneliti menganalisis hasil belajar siswa melalui tes essay. Pencapaian hasil belajar siswa pada siklus I dianalisis melalui tes hasil belajar setelah pertemuan pertama sampai kedua selesai dilaksanakan. Berdasarkan hasil tes maka dapat dilihat rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I yakni sebesar 69,12.
Dari hasil test yang diberikan pada siklus I kurang memuaskan karena ketuntasan hasil belajar belum tercapai. Dari 34 siswa hanya 21 siswa yang tuntas atau sebesar 61,76% yang tuntas dari jumlah keseluruhan siswa. Untuk itu perlu dilakukan tindakan perbaikan tahap perencanaan pada siklus II.
Refleksi terhadap fenomena yang terjadi pada siklus I adalah:
1. Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar sambil bermain. Hal ini terlihat masih banyak siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran dan diskusi dalam kelompok.
2. Sebagian kelompok masih belum memahami langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Examples Non Examples dengan Talking Stick secara utuh dan menyeluruh.
3. Siswa belum terbiasa untuk mempresentasikan hasil diskusi yang memerlukan kesiapan berbicara dan mengemukakan pendapat serta menanggapi pertanyaan.
Siklus II
a. Perencanaan
Hasil perolehan siswa setelah diadakan refleksi pada siklus I masih belum memenuhi kriteria ketuntasan secara klasikal dan hasil observasi berdasarkan motivasi siswa juga belum sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu peneliti bersama guru bidang studi Bahasa Indonesia mengadakan pembahasan perbaikan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II. Pada tahap perencanaan ini, peneliti merancang skenario perbaikan pembelajaran yang terlihat dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Berdasarkan hasil analisis keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan kesulitan yang dialami siswa pada hasil belajar pada siklus I.
Penelitian pada siklus II ini dilaksanakan dengan tetap menggunakan model pembelajaran Examples Non Examples dengan Talking Stick. Pada siklus II ini terdiri dari 2 kali pertemuan. Tes kembali diberikan untuk mengetahui seberapa besar daya serap siswa terhadap materi yang telah diajarkan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Langkah-langkah pembelajaran pada siklus II ini sama seperti pada siklus I namun guru lebih memotivasi siswa agar lebih proaktif dan bisa menyelesaikan sesuai dengan waktu yang telah disepakati dan setiap kelompok dapat lebih saling terbuka untuk mendiskusikan hasil dari temannya.
Berdasarkan analisis dari siklus I guru memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus I pada siklus II. Guru menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari, mengulang materi pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya. Kemudian menjelaskan kaitannya dengan materi yang dipelajarinya. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan rencana tindakan yang telah dibuat pada RPP yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Examples Non Examples dengan Talking Stick.
Sama halnya dengan siklus I, hanya pada siklus II ini guru hanya lebih memotivasi siswa dan mengajak siswa agar lebih aktif dalam melaksanakan kolaborasi model pembelajaran Examples Non Examples dengan Talking Stick. Setelah kegiatan berakhir, maka guru memberikan tes tertulis (postes II) kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana peningkatan yang terjadi setelah penerapan model pembelajaran Examples Non Examples dengan Talking Stick. Hasilnya adalah setelah guru menerapkan kolaborasi model pembelajaran Examples Non Examples dengan Talking Stick hasil belajar siswa mengalami peningkatan.. Dimana, lebih dari 70 % siswa telah mampu menguasai materi dengan baik sehingga mencapai nilai KKM 70. Hal ini dapat dilihat dari data tes hasil belajar yang diperoleh bahwa siswa yang tuntas berjumlah 29 orang (85,29%) dan siswa yang belum tuntas hanya berjumlah 5 orang (14,71%).
c. Observasi
Seperti pada siklus I, pada siklus ini pengamatan proses belajar mengajar juga dilakukan oleh observer. Guru menggunakan model pembelajaran Examples Non Examples dengan Talking Stick disertai dengan peneliti sebagai observer.
Setelah dilakukan refleksi pada siklus I dan guru memaparkan pada siswa diawal siklus II kelemahan yang ditemukan pada siklus I maka terjadi peningkatan yang cukup signifikan, hal ini terlihat dari semangat dan respon siswa ketika belajar terutama saat menggunakan model pembelajaran Examples Non Examples dengan Talking Stick.
Dari hasil observasi motivasi belajar siswa pada siklus II diperoleh bahwa siswa yang aktif telah mencapai 91,18% (31 siswa) yang terdiri dari 3 orang (8,83%) kriteria kurang, 19 orang (55,88%) untuk kriteria baik, dan 12 orang (35,29%) untuk kriteria sangat baik, maka dapat disimpulkan motivasi pada siklus II telah mengalami perbaikan dan peningkatan dari siklus I.
d. Refleksi
Berdasarkan analisis data hasil perolehan tes selama proses pembelajaran berlangsung pada siklus II diketahui adanya peningkatan hasil belajar siswa. Hasil analisis dari tes siklus II diketahui terdapat peningkatan hasil belajar siswa jika di bandingkan dengan siklus I. Hasil tes belajar yang diperoleh selama kegiatan belajar mengajar terdapat 29 orang (85,29 %) memperoleh ketuntasan dan dapat dilihat rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II yakni sebesar 76,32.
Dari hasil tes yang diberikan pada siklus II diperoleh peningkatan hasil dan motivasi belajar siswa yang signifikan yaitu dari pada siklus I diperoleh hanya 21 orang siswa yang tuntas menjadi 29 orang siswa pada siklus II. Terdapat kenaikan sebesar 23,53% atau sebanyak 8 orang siswa. Hasil tes yang diberikan pada siklus II menunjukkan bahwa standar ketuntasan minimal yang ditetapkan sekolah dapat tercapai.
Setelah melaksanakan tindakan pada siklus II, peneliti merefleksikan tindakan yang masih diperlukan, tetapi dalam hal ini peneliti merasa bahwa penelitian yang dilakukan sudah dapat dikatakan berhasil karena nilai yang diperoleh telah mencapai standar yang telah ditetapkan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Examples Non Examples dengan Talking Stick dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa SD Negeri 010196 Lubuk Cuik Kab. Batubara Tahun Pembelajaran 2012/2013.
3. Hubungan Antara Motivasi Dengan Hasil Belajar Siswa
Untuk melihat apakah ada hubungan antara motivasi dengan hasil belajar Bahasa Indonesia, maka dapat dianalisis dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson.
Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa koefisien korelasi antara variabel motivasi belajar (X) dan variabel hasil belajar Bahasa Indonesia (Y) diperoleh rxy sebesar 0,72. Sedangkan rtabel diperoleh 0,339 pada taraf α = 0,05 dan n = 34. Dengan membandingkan rhitung dengan harga rtabel, maka diperoleh bahwa rhitung > rtabelyaitu 0,72 > 0,339 yang berarti menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan. Menurut interpretasi angka yang dikemukakan oleh Sugiono (2005:149), nilai (0,72) pada perhitungan ini menunjukkan bahwa hubungan antara motivasi belajar dan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa SD Negeri 010196 Lubuk Cuik Kab. Batubara tergolong tinggi.
Untuk melihat besar kontribusi yang diberikan variabel motivasi belajar (X) terhadap variabel hasil belajar Bahasa Indonesia siswa (Y), maka digunakan rumus determinan (D). Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa motivasi belajar memberikan kontribusi atau sumbangan sebesar 51,84% dalam meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa.
Setelah nilai koefisien korelasi diperoleh, maka untuk menguji signifikan atau tidak hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II, digunakan rumus uji-t. Dari hasil perhitungan diperoleh rata-rata hasil belajar siswa () pada post test siklus I yaitu 69,12 dengan standar deviasi (SD) sebesar 8,02. Selanjutnya, pada perhitungan rata-rata hasil belajar siswa () pada post test siklus II diperoleh rata-rata sebesar 76,32 dengan standar deviasi (SD) sebesar 9,15.
|
Tabel 4.3
Tabel Hasil Perhitungan Uji-t
N | thitung | ttabel | Keterangan |
34 | 3,48 | 1,99 | Signifikan |
Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil thitung sebesar 3,48. Perhitungan ttabeldiperoleh hasil sebesar 1,99. Dengan membandingkan thitung dan ttabel diperoleh thitung > ttabel yaitu 3,48 > 1,99 sehingga hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Negeri 010196 Lubuk Cuik Kab. Batubara pada post test siklus I dan post test siklus II adalah signifikan.
4.3.3. Kendala Selama Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti masih mengalami kendala-kendala dalam pelaksanaannya, antara lain: saat penentuan kelompok siswa membutuhkan waktu yang lama, sedangkan waktu penelitian terbatas. Ini membuat siswa dipaksa belajar lebih keras lagi dalam memahami materi yang sedang dipelajari. Pada saat siswa akan dibagi ke dalam kelompok diskusi, suasana kelas menjadi tidak kondusif. Selain itu, buku referensi Bahasa Indonesia siswa yang terlalu minim mengakibatkan kesulitan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang terdapat dalam materi, sehingga ini juga menjadi kendala dalam penelitian ini.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan maka disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada Kompetensi Dasar menulis menggunakan kolaborasi model pembelajaran Examples Non Examples dengan Talking Stick dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Negeri 010196 Lubuk Cuik Kab. Batubara, terbukti dari jumlah siswa yang mengalami ketuntasan belajar sejumlah 29 siswa (85,29%) dengan nilai rata-rata 76,32 dan hasil observasi motivasi siswa juga mengalami peningkatan dengan skor ≥ 19 pada kategori motivasi sangat baik dan kategori motivasi baik yaitu berjumlah 31 siswa (91,18%).
B. Saran
Berdasarkan hasil simpulan diatas disarankan kepada guru khususnya guru Bahasa Indonesia dalam mengajar Bahasa Indonesia hendaknya menggunakan kolaborasi model pembelajaran Examples Non Examples dengan Talking Stick kelas IV Bahasa Indonesia di SD Negeri 010196 Lubuk Cuik Kab. Batubara agar motivasi dan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa meningkat.
Tidak ada komentar: UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES DAN TALKING STICK DI KELAS IV
Posting Komentar